Asal muasal silat kuntau bangkui khas dayak ngaju Kalimantan tengah
Seni Beladiri Bangkui sendiri merupakan seni beladiri yang gerakannya di inspirasi dari gerakan hewan bangkui yaitu sejenis monyet yang hidup dibelantara Kalimantan. Bangkui digunakan sebagai jurus pamungkas untuk mematikan dan mengunci gerakan lawan, karena gerakan bangkui sendiri banyak mempunyai gerakan melumpuhkan lawan dengan hanya satu kali serangan, untuk itu Bangkui sangat berbahaya jika digunakan secara sembarangan.
Seni beladiri Bangkui menggunakkan tangan kosong dan mengandalkan kelincahan gerakan pemainnya, meski ada juga beladiri Bangkui yang menggunakan toya/tongkat. Bangkui lebih cenderung menyerang musuh dari bagian bawah dan langsung menyerang titik pertahanan tubuh lawan.
Kuntau bangkaui adalah bela diri asli dayak ngaju yang sudah digunakan sejak zaman asang kayau atau headhunters. Kuntau Bangkui adalah seni bela diri untuk self-defense yang menggunakan seluruh gerakan anggota tubuh; seperti gerakan tangan, bahu, tinju, telapak tangan, jemari, kaki, pergelangan kaki dan lutut. Sisi kaki dan tapak kaki digunakan secara sistematis dan teratur untuk menghindar dan menyerang.
Seni beladiri ini diwariskan secara turun temurun, baik dari keluarga ataupun belajar dari guru.
Sejarah Kuntau menurut lisan para generasi tua merupakan pencak silat warisan nenek moyang orang Dayak dari zaman dahulu kala, gerakannya banyak mirip dengan beladiri dari dataran China karena konon asal muasal suku Dayak berasal dari daerah dataran China, lebih tepatnya Yunan.
Kuntau sering ditampilkan dalam upacara – upacara tertentu dan sudah menjadi bagian dari tradisi adat misalnya dalam acara pesta perkawinan adat dayak dan upacara adat, lebih sering dikenal dengan sebutan Lawang Skepeng dan selalu diiringi dengan tabuhan gendang khas Dayak. Kuntau sendiri terdiri dari berbagai macam bentuk jurus dan langkah gerakan yang berbeda-beda, tergantung wilayah dan tempat dimana kita belajar Kuntau tersebut.
Akan tetapi Kuntau mempunyai ciri khas persamaan gerakan , sehingga mudah dikenali. Proses belajar kuntau pun pada umumnya relatif lama, sulit dan harus mempunyai ketahanan fisik yang kuat. Proses terakhir dari belajar Kuntau ialah kita berada dalam suatu lingkaran, dan harus bisa menangkis serangan yang menggunakan Mandau.
Biasanya guru akan membekali para muridnya dengan memberikan “Minyak garak”, yaitu cairan berupa minyak yang jika dioleskan ketangan, gerakan tangan akan menjadi lebih lincah. (Sumber MMC-Kalteng)
COMMENTS