Seorang istri yang memiliki tekad yang kuat untuk membangung sekolah di Dusun Tengge Desa Tolowata Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima. Dimana disusun dimaksud ada seorang perempuan tangguh yang sudah berkeluarga, memiliki seorang suami yang pekerjaannya sebagai supir truk di kala itu.
Untuk menghidupi keluarga kecil itu hanya menggantungkan harapan pada penghasilan suaminya, bernama Jusman. Dimana Jusman setiap harinya selalu berada di jalan raya, bekerja keras untuk menghidupi anak dan istrinya sebagai sopir truk.
Seorang Rumaini juga merupakan tulang punggung dari pada keluarga untuk menambah penghasilan sang suaminya, bahkan seluruh pekerjaan telah dirinya alami, pernah menjadi tukang jahit, pernah menjual barang, bahkan pernah bekerja sebagai tukang cukur keliling, sungguh Rumaini perempuan yang begitu tangguh tidak seperti perempuan pada umumnya.
Nah, di Tahun 2016 dirinya berpikir untuk melanjutkan S1 di Kampus Ilmu Agama Islam Muhammadiyah (IAIM) yang hari ini menjadi Universitas Muhammadiyah Bima (UMB). Saat itu, Rmaini ingin mencari aktivitas lain karena sang suami jarang pulang ke rumah karena berprofesi sebagai seorang supir.
Namun niatnya untuk lanjut kuliah tidak di setujui oleh keluarganya karena sudah berumah tangga dan memiliki anak yang kurang lebih berusia 15 tahun di kala itu. Anak gadisnya bernama Maya Aprianti yang baru masuk SMA. Rumaini selalu berpikir dengan kondisi keluarganya seperti ini, bertekat untuk melanjutkan jenjang pendidikannya.
Untuk bagaimana bisa merubah keluarganya yang di kala itu selalu di pandang rendah dan sebelah mata, lalu dirinya mengutarakan niatnya kepada sang suami dengan alasan ingin menjadi wanita yang terhormat dan wanita yang bermartabat.
Mendengar alasan istrinya, sang suami-pun tidak bisa melarang niat Rumaini dan akhirnya Rumaini masuk dan mendaftar kuliah, dengan berbagai tantangan dan hambatan tadi, di satu sisi banyak keluarga yang tidak merestui niat itu
Namun di sisi lain tekadnya begitu kuat yang tak mampu untuk di halang halangi.
Singkat cerita dirinya masuk di (IAIM Bima) dan mengambil jurusan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pahit manisnya kehidupan telah dirinya lewati, membiayai kuliahnya sendiri Rumaini kuliah sambil kerja, sehabis kuliah berdagang, jahit dan cukur rambut seperti biasanya.
Jarak antara kampus dengan rumahnya begitu jauh sehingga dirinya menyewa ojek untuk mengantarnya pulang pergi, sungguh begitu luarbiasa kisah ibu rumah tangga ini. Pada masa kuliah Rumaini menghadiahkan buah hati kepada sang suami, dirinya hamil dan kabar gembiranya sedang mengandung anak laki-laki, suaminya-pun begitu bergembira ketika anak laki-laki terlahir lalu menaminya Haikal.
Haikal merupakan harta terbaik dan terindah yang tidak bisa terlupakan oleh Sang suami Jusman. Kembali di saat Rumaini masih menempuh perguruan tinggi, paska itu ngajar sambil kuliah dengan mengabdi di sekolah TK. Lalu terlintas di benak pikirannyan, “Saya juga harus bisa membangun sekolah dan kemana saya harus mengajar”. Setelah dua tahun kuliah Rumaini berinisiatif untuk membangung sekolah karna mengingat di sekitar rumahnya belum ada sekolah.
Terbukti di Tahun 2018, kondisi sekolah pada awal dirinya bangun dengan menggunakan ekonomi pribadi di kala itu tidak ada bantuan pemerintah sepeserpun
dan begitu luar biasa perjuangan Jusman yang mendorong niat Rumaini, sehingga menyempatkan diri memasuki hutan untuk menebang kayu agar membantu pembangunan sekolah tersebut, “kisah yang begitu romantis dan dramatis”.
Sekolah milik Rumaini di namai Raudhatul Athfal (RA) AL-NIZUM HIDAYAH yang nama itu sendiri adalah singkatan dari nama keluarga kecilnya. AL-Nizum Hidayah, Al : Haikal, Ni : Rumaini, Zu : Jusman, M : Maya Aprianti, itu lah makna filosofis di balik nama tersebut. Tercatat perjuangan Rumaini itu tidak terlepas dari pada dukungan keluarga kecilnya yang senantiasa berdo,a dan mensuport tiap langkahnya.
Rumaini memang sosok perempuan tangguh yang sudah begitu jarang ada di negara ini, bayangkan saja berapa besar dan sulit perjuangannya hingga sampai pada titik ini dengan membangun sekolah dengan anggaran pribadi dan di awal sekolah itu di bangun cuma mengajar 7 murid saja. Akan tetapi karena tekadnya yang kuat dan tidak pernah berputus asa.
Rumaini selalu mengembangkan sekolah tersebut sehingga hari ini sudah ratusan anak telah di didik dan patut di beri aplos perjuangannya. Ketika dirinya masuk kuliah di Tahun 2016 dan menyelesaikan studinya di Tahun 2020. Lalu bfokus untuk membuat sekolah RA AL-NIJUM HIDAYAH lebih maju dan berkembang sehingga menarik minat.
Tahun 2022 sampai juga pada titik manis perjuangannya yaitu anggaran mulai di salurkan di sekolah tersebut dari pemerintah, hingga sampai hari ini sekolah tersebut namanya mulai memuncak. Satu hal yang perlu di ingat kata, Rumaini pikiran itu ibarat jalan sampai dan tidaknya kita pada tujuan itu tergantung dari pada kita melangkah. “Kisah Rumaini sangat memotivasi ribuan kaum mudah, karena yang tidak bisa mati itu adalah cita-cita dan harapan yang harus senantiasa hidup dalam diri setiap insan. Perjuangan yang begitu memukau, begitu banyak kerikil tajam yang menggores kaki untuk sampai pada titik ini, Rumaini memotivasi pada dunia bahwa tidak ada proses yang mudah untuk hasil yang indah”. (***)
Penulis : Bung Irul seorang Jurnalis di Ambalawi.
COMMENTS