HomeKota BimaPendidikan

Siswa Dari Gunung Turun ke Kota Adalah Hal “Istimewa”

Nampak sekali keceriaan diwajah para anak gunung ketika turun ke kota (Tim Tapa Gala Pa/Pi SMPN 15 Kobi) : Foto, Sukardin.

Sukardin, S. Pd (Foto Penulis)


Artikel :

Siswa Dari Gunung Turun ke Kota Adalah Hal “Istimewa”


Berikut ini Guru SMP Negeri 15 Kota Bima Sukardin, S. Pd cerikakan tentang ke istimewaan siswanya ketika dari gunung turun ke kota. Kenapa demikian, sekolah (SMP 15) yang biasa di kenal “Sekolah Diatas Awan” itu letaknya diatas gunung dan dikelilingi oleh bukti dan gunung pula. Berita ini sengaja ditulis oleh penulis (Sukardin), ketika mendampingi para siswa ini yang turun ke kota, untuk mengikuti kejuaraan atau lomba permainan Tradisional Gobak Sodor atau dalam bahasa Bima “Tapa Galal” yang diadakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bima di Pantai Lawata Kota Bima  Minggu 28 Mei 2023.


Berikut ceritanya :

Mengikuti lomba adalah kesenangan bagi setiap siswa. Bagi mereka jika terpilih mewakili sekolah, mereka merasa dipercaya. Selain karena bisa jalan-jalan gratis tentunya. Jalan-jalan? Ya, bagi mereka yg terbiasa dan bahkan tinggal dan menghabiskan sebagian waktunya di atas gunung, bisa jalan ke pusat kota adalah suatu kemewahan.

Saya jadi teringat setahun lalu, untuk Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema kewirausahaan, mereka meminta untuk melakukan kunjungan ke Meseum ASI MBOJO (Istana Kesultanan Bima).


Kenapa harus ke ASI?

Anu.. Pak Guru, kami belum pernah ke ASI,”ujar mereka dengan polos.

Saya sempat tidak percaya dan kehilangan kata-kata. Saya kaget sekaligus terenyuh mendengarnya.

Bagi kita, mungkin melihat ASI dan menikmati udara malam di Lapangan Merdeka itu adalah pemandangan hampir tiap hari. Tapi bagi mereka.. saya kehilangan kata-kata. Begitu saya mengiyakan, teriakan dan tawa bahagia mereka terdengar.

Walaupun jarak wilayah mereka dengan pusat kota tidak terlalu jauh, tapi jalan yg penuh tikungan dan gelapnya kondisi malam hari membuat mereka berpikir beberapa kali untuk pulang kemalaman maupun bepergian di malah hari.

Jalan yang menikung ini sudah beberapa kali memakan korban, pun bagi kami guru-guru Negeri di atas awan. Terbaru kemarin dua guru Senior hebat dan menjadi panutan kami hampir menjadi korban. Saya yakin beliau masih selamat berkat ikhlasnya beliau mengabdi di Negeri di atas awan.

Kembali ke perlombaan tadi, ada begitu banyak lomba yang dilangsungkan di pertengahan tahun ini. Bagi sekolah besar, mungkin akan menyeleksi setiap siswa yang akan mengikuti perlombaan. Tapi bagi kami, sekolah yang hanya punya dua SD Pendukung dan dengan jumlah siswa terbatas. Seleksi adalah hal yg hampir tidak pernah kami lakukan, bahkan ada beberapa anak yang harus berkorban untuk mengikuti dua atau tiga lomba. Setelah mengikuti pembinaan lomba ini, dia harus ikut lagi pembinaan lomba yang itu.

Bagi kami, mengikuti lomba adalah ajang kesenangan. Juara adalah urusan belakangan. Seperti pada Senin dan selasa kemarin. Kami harus membawa 16 orang siswa untuk mengikuti lomba TAPA GALA (Gobak Sodor). 16 orang itu bukan jumlah kecil bagi kami, karna itu adalah 20 porsen dari jumlah siswa kami (kelas 7&8).

Dengan beberapa kali pembinaan oleh guru Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehata (PJOK) nya adalah Pak Mahdiun, dan dengan dukungan beberapa guru yang akan menemani mereka merasa percaya diri untuk ikut. Walaupun ada beberapa yg harus diganti karena, ya lagi2 ada siswa yang tidak bisa ikut pertandingan karna harus mengikuti lomba yang berbeda (MTQ).

Sebagai anak gunung dan terbiasa membantu orang tua jadi buruh tani, panas matahari tidak terasa bagi mereka. Ajang lomba TAPA GALA ini benar-benar mereka manfaatkan. Bukan untuk menunjukan kehebatan, tapi ajang silaturahmi. Saya terenyuh saat melihat mereka saling berjabat tangan dan bertukar cindera mata dengan salah satu tim yang baru mereka kalahkan. Tim dari sekolah di ujung Utara Kota Bima saling bercanda dengan mereka sekolah di ujung selatan Kota Bima.


Mereka bukan hanya membawa kemenangan dengan meraih juara 1 untuk tim Putra dan Juara 3 bersama untuk tim putri. Tapi lebih dari itu, mereka membawa sahabat-sahabat baru. Mereka mengenalkan pada kita orang dewasa tentang fair play. Kita harus belajar pada mereka bahwa lawan hanya ada dalam pertandingan tapi setelah itu mereka adalah kawan. (**)


Penulis :
Guru Penggerak Kota Bima.

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0