HomePendidikan

30 Siswa SMAN 2 Kobi Ikuti Bimtek Anti Perundungan

Bimtek anti perundungan, nampak ke 30 siswa SMAN 2 Kobi di aula sekolah setempat Selasa (05/10/2021)

KOTA BIMA, TUPA NEWS.- Selasa (05/10/2021) SMA Negeri 2 Kota Bima melaksanakan pelatihan bagi agen perubahan anti perundungan (bullying) tahap pertama yang di gelar di aula SMAN 2 Kota Bima. Sebelumnya sudah dilakukan acara yang sama, yakni sosialisasi kepada, siswa agen perubahan, dewan guru dan perwakilan orang tua siswa. “Kegiatan pelatihan ini rencananya akan dilaksanakan sebanyak 15 kali pertemuan atau dua kali pertemuan dalam seminggu yang dimulai bulan Oktober hingga Desember 2021 mendatang. Pertemuan pertama ini dengan agenda perkenalan agen perubahan dengan program ROOTS atau program anti perundangan,” jelas Kepala SMAN 2 Kota Bima H. Eddy Salkam, S. Pd melalui Wakasek Humasnya Ibnu Hajar, M. Pd pada Tupa News Selasa siang.
Kata Ibnu (Sapaan akrab Ibnu Hajar), Program ini merupakan program dari Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Teknologi dan Ristek (Kemendikbudristek) RI yang bertujuan untuk menghilangkan perilaku bullying di sekolah. Adapun peserta yang mengikuti pelatihan ini adalah sejumlah 30 orang yang telah dipilih sebagai agen perubahan yang bertugas sebagai agen yang menularkan perilaku positif kepada siswa lainnya dan menghindari terjadinya bullying antara siswa.
Sementara pemateri atau fasilitator  dalam kegiatan ini adalah fasilitator guru SMAN 2 Kota Bima yang sebelumnya telah mengikuti pelatihan fasilitator anti perundangan yaitu Ibnu Hajar, M.Pd  (Wakasek Humas) dan Sri Niningsih, S. Pd (guru Bimbingan Konseling) serta  Muslim, S. Ag Wakasek Kesiswaan selaku Ketua Panitia, tutup Ibnu.


Dimana untuk diketahui, bahwa program Roots merupakan program global pencegahan kekerasan di kalangan teman sebaya, yang berfokus pada upaya membangun iklim yang aman di sekolah. Program ini dijalankan dengan mengaktivasi peran siswa sebagai Agen Berpengaruh atau Agen Perubahan.
Sekolah masih saja menjadi tempat yang bebas bagi sebagian orang/murid untuk melakukan aksi perundungan. Hal tersebut harusnya menjadi peringatan dan seharusnya sekolah menjadi tempat yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi seseorang untuk mendapatkan ilmu, teman, dan pengalaman.
Pemerintah, melalui Kemendikbudristek RI bersama dengan dukungan UNICEF tengah mengembangkan Program Anti Perundungan yang bernama “ROOTS”. Program ini ditujukan untuk membantu anak – anak yang menjadi korban perundungan agar menemukan cara positif untuk mengatasi aksi perundungan.
UNICEF Child Protection Officer menjelaskan bahwa, masalah mendasar di masyarakat Indonesia tidak menganggap perundungan sebagai masalah serius. Malah dilihat sebagai bagian yang wajar dalam kehidupan anak-anak dan kehidupan bersekolah. Sementara secara sosial, perundungan diterima, ada juga guru yang menghukum pelaku, tetapi alasan perbuatan itu sendiri tidak diatasi, sedangkan Program Roots lahir berupaya mengubah itu.
Bagaimana program ROOTS bekerja ?
Fasilitator ROOTS mengikuti pelatihan yang materinya dirancang pemerintah dengan dukungan UNICEF. Pertama, anak-anak diminta menilai situasi di sekolah mereka menggunakan U-Report, platform dunia maya berbasis media sosial untuk mengadakan jajak pendapat secara anonim. Jenis-jenis perundungan pun beragam, mulai dari anak dipukul, dicubit, diejek, digosipkan, dan dirundung di dunia maya.
Setelah mengetahui situasi yang ada, fasilitator belajar bekerja bersama anak dan remaja untuk mengubah perilaku negatif menjadi positif. Mereka membantu para murid membuat kampanye sendiri berdasarkan permasalahan yang ada di sekolah mereka. Membuat poster, menyusun rencana kerja untuk melawan perundungan di sekolah, dan mencontohkah perilaku positif adalah contoh bentuk-bentuk kampanye yang bisa dilakukan.
Para fasilitator didorong untuk mendengarkan anak-anak, mengetahui alasan perundungan, dan mendiskusikan cara-cara mengatasinya. Biasanya, pelaku perundungan mengalami masalah di rumahnya, mereka meniru perilaku yang mereka lihat dari orang tua atau lingkungan sekitarnya. Jadi, kita perlu tahu dulu sebab sebenarnya di balik perundungan dan mencoba mengatasinya.”
Sehingga tujuan program ROOTS di sekolah, tentunya akan menciptakan lingkungan yang positif untuk belajar. Pogram ROOTS juga mengajarkannya hal-hal praktis yang bisa langsung di terapkan. 
Semoga dengan program ROOTS segera bisa menyebar dan memasuki sekolah – sekolah di seluruh wilayah INDONESIA dan semoga berbagai aksi perundungan di sekolah juga semakin berkurang agar tercipta semangat berangkat ke sekolah dan belajarnya juga akrab bersama teman – teman di sekolah tanpa saling membedakan . (TN – 01/Adv.)

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: