![]() |
Pendiri Lembaga Pendidikan Kusuma Bangsa Kota Bima Retno Utami |
Kota Bima, Tupa News.- Ada sebuah lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)/Taman Kanak-Kanak (TK) Swasta bernama Kusuma Bangsa yang terletak di Jl. Datukdibanta No. 6 Lingkungan Suntu Kelurahan Paruga Kecamatan Rasanae Barat Kota Bima. Lembaga pendidikan yang didirikan sejak Tahun 2014 silam, rupanya tidak memiliki bangunan sekolah sendiri secara permanen dengan berbagai sumbangsihnya yang sudah diberikan untuk Kota Bima sejak terjun dalam Dunia Pendidikan, akan tetapi masih numpang bangunan milik orang lain dengan cara sistem bangunan disewakan senilai Rp. 20 Juta per tahun.
Lembaga Kusuma Bangsa tidak mengenal istilah kenaikan kelas, karena peserta didik memiliki kecerdasan yang berbeda-beda dan yang semakin uniknya lagi lembaga ini memilki 21 orang peserta didik yang merupakan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang ditangani baik secara tatap muka maupun home schooling.
Retno Utami selaku Kepala Sekolah Kusuma Bangsa merupakan mantan guru Pendidikan Agama Kristen sekaligus guru agama kristen pertama di sekolah negeri yang mendapatkan SK dari Kemenang Propinsi NTB yang di tempatkan di SDN 2 Suntu Kota Bima Tahun 2004. Saat itu, SDN 02 Kota Bima dipimpin oleh , Jamaluddin, S. Pd selaku Kepseknya, yang sekarang menjabat sebagai anggota Dewan Pendidikan Kota Bima.
Lanjut Mami, walaupun dirinya tidak lagi mengajar di SDN 2 Suntu namun hubungan kekeluargaan dengan dewan guru disekolah setempat dengan dirinya sangat harmonis hingga sekarang. Berjalannya waktu Retno Utami terinspirasi untuk membuat sebuah lembaga pendidikan yang lebih baik dan bermartabat, sehingga pada Tahun 2014 dirinya merintis sekolah PAUD dan TK bernama Kusuma Bangsa ini, namun sebelumnya Retno pernah menjadi Kepala Sekolah TADIKA PURI yang hadir di Kota Bima pada Tahun 2006 lalu.
“Apa susahnya bilang pada siswa, hai sayang, hai pintar, hai manis, hai cakep. Ingat sebuah perkataan itu adalah sebuah doa dan kenapa kata-kata yang indah dan nyaman ditelinga susah dilontarkan oleh tenaga pendidik pada peserta didik,” kesannya.
Selain itu juga lanjut Mami Retno, jika peserta didik bisa bersuara ada sebuah ungkapan kekecewaan yang mereka dapati karena disaat jam belajar berlangsung tidak jarang kita temui para tenaga pendidik yang seharusnya memberikan contoh tauladan yang baik namun disibukan dengan kegiatan lain saat proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung. Hal paling sederhana adalah : misalnya, ada pedagang kaki lima yang masuk ke lingkungan sekolah dengan menjual sejenis sayur mayur dan ikan laut pauk, eh..!! ternyata guru tersebut meninggalkan tugasnya sebagai pengajar dan malah sibuk memilih macam-macam jualan tersebut, dengan sebuah cerita seolah tidak ada akhirnya, cetus Retno.
Retno, wanita kelahiran Surabaya Jawa Timur pada tanggal 25 Februari 1965 dan di besarkan di Jakarta ini memiliki kebiasaan aneh. Pasalnya, seorang ibu dari lima anak ini tidak suka memakai rok panjang layaknya seperti ibu-ibu lainnya, namun seorang Retno malah dalam kesehariannya terbiasa memakai celana panjang. Namun hal itu tidak menjadi penghalang bagi seorang Retno Utami yang merupakan alumni S-1 Ekonomi Akuntasi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, LPGTK (Lembaga Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak) Tadika Puri, alumni S-1 Pendidikan BK STKIP Bima dan S-2 Pendidikan BK di Universitas Negeri Makassar yang sama-sama ditempuh dengan masa pendidikan hanya 2 Tahun untuk memberikan sumbangsihnya di dunia pendidikan yang terbaik bagi Kota Bima ini.
Retno juga menyampaikan rasa bersyukurnya, bahwa selama suaminya masih hidup sangat mendukung semua impiannya secara total, bahkan Retno pun mengatakan bahwa dalam kondisi seperti ini masih mampu membayar sewa gedung Rp. 20 Juta per tahun dan tetap memberikan tanggung jawabnya mambayar honor bagi tenaga pendidiknya dan tidak pernah telat. Jika diukur secara finansial ini tidak sebanding dengan nilai Bantuan Operasional Sekolah (BOP) yang dibayarkan oleh Negara lewat daerah ini dan lembaga inipun dalam setiap minggunya memberikan makan sehat bagi peserta didiknya 3 x selama seminggu yaitu Senin, Rabu dan Jumat dengan jadwal menu yang berbeda, dalam pelaksanaan pembelajaran ruangan kelas seluruhnya memiliki Full AC (Pendingin).
Menurut Retno, lewat pendidikan yang berkualitas maka akan memberikan perubahan bagi sebuah daerah maupun sebuah bangsa, jadi saya mendirikan sekolah ini bermodalkan nekat dan keikhlasan saja serta tanpa bantuan dari orang lain, kecuali BOP,” pungkasnya.
Retno Utami memiliki sebuah mimpi bahwa suatu saat nanti akan mendirikan Sekolah Satu Atap (Satap) yaitu PAUD/TK dan SD di tanah milik Lembaga Kusuma Bangsa sendiri, dengan model bangunan rumah panggung sekaligus menampilkan ciri khas daerah Bima dan kolaborasi dengan model bangunan permanen. Sesuai filosofinya, yang senantiasa ditanamkan oleh ayahnya adalah “Perjuangan Akan Kuteruskan Hingga Akhir Jaman”, tutur Retno yang meruapakan anak dari salah satu perjuang Kemerdekaan RI.
Saat ini Retno dipercayakan sebagai seorang motivator bagi pasien yang mengalami penyakit yang sama di NTB ini. Ketika mengalami kanker dan harus kehilangan mahkota (rambut) maka akan terlihat bahwa, “Wanita botak itu cantik dan seksi”, karena berbagai penyakit yang Tuhan ijin-kan harus dihadapi bukan diratapi (dikasihani), tutup Retno sembari menambahkan untuk membiasakan diri untuk menanamkan filosofi TOMAT dalam keseharian kita beraktifas (Tolong Maaf dan Terima Kasih) yang dimulai dari diri kita sendiri. (TN – 01)
COMMENTS