Oleh : Mutmainnah Eyban, S. Pd
Assalamualaikum Wr.. Wb..
Selamat pagi rekan-rekan guru setanah air. Perkenalkan nama saya Mutmainnah guru PPKn, mengajar di SMPN 1 Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada kesempatan ini saya akan berbagi cerita tentang pengalaman mengajar Daring (Dalam Jaringan) selama masa Pandemi Covid-19. Dari banyak hal yang saya temui selama membimbing anak-anak Belajar Dari Rumah (BDR) tepatnya pada Sabtu (20/02/2021) hingga Rabu (17/03/2021), salah satu yang berkesan seperti cerita berikut ini:
Seorang siswa bernama MZ (inisial namanya) murid saya di kelas VIII-3, ananda ini tidak bisa mengikuti kegiatan daring secara maksimal karena ridak memiliki Handphone (HP), sebab kegiatan daring bermodalkan dua hal yaitu HP canggih (yang dilengkapi Aplikasi WhatsAp dan fitur lainnya) dan paket data (sebagian siswa mendapat bantuan paket gratis dari pemerintah). Khusus pada MZ yang tidak memiliki HP, aktivitas belajar daring saya ganti menjadi Luring (Luar Jaringa), luring di lakukan secara mandiri dengan mengunjungi rumah MZ.
Pada pertemuan pertama luring, saya mendapati kenyataan bahwa secara ekonomi MZ memiliki keterbatasan, dia anak piatu dan tinggal bersama orang tuanya (Bapak) dan kakaknya, jarak antara rumah ke sekolahpun cukup jauh, ditambah tidak memiliki kendaraan pribadi sehingga sangat menyulitkan kegiatan belajarnya. MZ perlu bantuan agar bisa aktif belajar seperti teman-temannya yang lain. Lalu saya mencari tahu dengan mewawancarainya tentang teman-teman sekitar tempat tinggalnya yang sama kelas VIII dengannya, ternyata ada beberapa teman yang sama jenjang dengan MZ dan ada seorang teman yang satu kelas dengannya.
Saya berinisiatif membuatkan kelompok belajar antara MZ dengan teman satu kelasnya yang bernama RW (inisial nama), saya tidak melibatkan temannya yang dikelas lain sebab bisa jadi teman tersebut berbeda guru dengan MZ, karena beda guru berbeda pula tugas dan pola mengajar daringnya, walaupun isi materi kurang lebih sama. Disekolah kami di SMPN 1 Kota Bima jumlah kelas perjenjangnya ada 11 kelas, sehingga tiap kelas bisa jadi per mata pelajaran ada yang sama gurunya dan ada yang berbeda pula gurunya. Itulah yang menjadi pertimbangan saya untuk menggabungkan MZ dengan RW teman kelasnya dalam kelompok belajar tanpa melibatkan teman dari kelas yang lain.
Saya berinisiatif membuatkan kelompok belajar antara MZ dengan teman satu kelasnya yang bernama RW (inisial nama), saya tidak melibatkan temannya yang dikelas lain sebab bisa jadi teman tersebut berbeda guru dengan MZ, karena beda guru berbeda pula tugas dan pola mengajar daringnya, walaupun isi materi kurang lebih sama. Disekolah kami di SMPN 1 Kota Bima jumlah kelas perjenjangnya ada 11 kelas, sehingga tiap kelas bisa jadi per mata pelajaran ada yang sama gurunya dan ada yang berbeda pula gurunya. Itulah yang menjadi pertimbangan saya untuk menggabungkan MZ dengan RW teman kelasnya dalam kelompok belajar tanpa melibatkan teman dari kelas yang lain.
Akan tetapi MZ merasa tidak enak hati untuk belajar kelompok bersama RW sebab RW adalah perempuan, sedangkan MZ adalah remaja laki-laki yang pemalu. Lalu saya menjembatani MZ untuk menemui RW di rumahnya guna meminta ijin kepada RW dan orang tuannya untuk belajar kelompok bersama MZ. Singkat cerita ijinpun didapat, RW dan orang tuanya dengan senang hati menerima usulan saya membentuk kelompok belajar untuk RW dan MZ, harapannya RW yang memiliki HP dapat membantu MZ untuk informasi materi yang diberikan oleh guru mata pelajaran dan juga bisa membantu dalam mengirim tugas-tugas MZ secara daring.
Selang beberapa waktu sayapun kembali mengunjungi MZ dan RW untuk memantau kegiatan belajar mereka, dan Alhamdulillah mereka selalu rajin belajar daring. MZ yang biasanya agak malas belajar menjadi lebih rajin belajar karena mengikuti RW yang disiplin dalam hal belajar. Materi dan tugas-tugas belajarpun tak pernah ketinggalan mereka kerjakan.
Keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk belajar daring. Apapun kesulitannya selama ada kemauan pasti ada jalan. Bagi saya membimbing siswa belajar dari rumah punya tantangan tersendiri. Jangan menyerah. (**)
Selang beberapa waktu sayapun kembali mengunjungi MZ dan RW untuk memantau kegiatan belajar mereka, dan Alhamdulillah mereka selalu rajin belajar daring. MZ yang biasanya agak malas belajar menjadi lebih rajin belajar karena mengikuti RW yang disiplin dalam hal belajar. Materi dan tugas-tugas belajarpun tak pernah ketinggalan mereka kerjakan.
Keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk belajar daring. Apapun kesulitannya selama ada kemauan pasti ada jalan. Bagi saya membimbing siswa belajar dari rumah punya tantangan tersendiri. Jangan menyerah. (**)
Penulis : adalah guru PPKn di SMP Negeri 1 Kota Bima
COMMENTS