
Musisi papan atas Ozy (Fauzi Bima) foto.
KOTA BIMA, TUPA NEWS.— Suasana di SMKN 3 Kota Bima mendadak berubah jadi pusat perhatian para pecinta musik dan seni. Dari tanggal 8 hingga 12 Juni 2025, festival musik bertajuk SAPERE AUDE sukses digelar oleh komunitas seni lokal dengan dukungan penuh dari pihak sekolah dan berbagai tokoh seni, baik dari tingkat lokal hingga Nasional.
Festival yang mengusung semangat musik akustik klasik ini bukan sekadar ajang pertunjukan biasa. Ia hadir sebagai ruang kreatif, tempat anak-anak muda Kota Bima unjuk gigi lewat dentingan gitar, vokal jernih, serta penampilan yang sarat makna. Menariknya, festival ini mendapat kejutan spesial: hadirnya Fauzi Bima, atau yang lebih dikenal dengan nama panggung Ozy Bima — seorang artis nasional yang namanya telah melanglang buana di industri hiburan Indonesia.

Peserta, sedang membawakan lagu favoritnya.
Datang jauh-jauh dari Dompu bersama sang istri tercinta, kehadiran Ozy tak hanya menjadi magnet bagi para peserta dan penonton, tapi juga menjadi bukti nyata bahwa seni adalah bahasa universal yang menyatukan berbagai kalangan. “Saya sangat mengapresiasi festival ini. Semoga tidak berhenti di sini, dan ke depan bisa lebih besar serta melibatkan lebih banyak generasi muda,” ujar Ozy saat diwawancarai seusai menyaksikan penampilan peserta.
Ozy juga menambahkan bahwa kegiatan seperti ini bisa menjadi jembatan penting untuk menumbuhkan rasa percaya diri, keberanian, dan kreativitas di kalangan pelajar dan pemuda lokal. Dirinya bahkan mengungkapkan ketertarikannya untuk terlibat lebih jauh jika festival ini berlanjut di tahun-tahun berikutnya.
Tak hanya Ozy, sejumlah seniman kawakan Kota Bima juga ambil bagian dalam memeriahkan dan memeriahkan suasana. Sebut saja Fery Marazo, Ganz Marazo, dan Efe Rameci — tiga nama yang sudah tak asing lagi di panggung seni musik lokal. Mereka hadir sebagai juri, sekaligus mentor bagi para peserta muda yang ingin mengasah kemampuan mereka.

Para juri dan Ozy.
Menurut ketiganya, SAPERE AUDE bukan hanya tentang kompetisi. Festival ini adalah ruang pembelajaran, tempat bertemunya generasi lama dan baru dalam sebuah iklim seni yang suportif dan inklusif. “Seni itu soal proses dan semangat. Kalau ruang seperti ini terus dijaga, akan banyak bakat besar yang lahir dari Bima,” ujar Fery, diamini oleh rekan-rekannya.
Dukungan juga datang dari tokoh budaya dan seniman yang merangkap sebagai forum komunikasi musisi bima(FKMB) yang akrab disapa Bung ENKA, MS,yang selama ini dikenal aktif menggerakkan literasi dan budaya di Bima. Dalam arahanya ENKA menyebut SAPERE AUDE sebagai contoh konkret bagaimana seni bisa menyatu dengan pendidikan dan menjadi sarana penting dalam pembentukan karakter.
Dalam kesempatan yang sama,bung AAN sapoetra juga menanggapi bahwa,
“Kegiatan ini bukan hanya hiburan, tapi juga proses pendidikan seni yang harus dijaga dan diperkuat. Kita perlu lebih banyak ruang seperti ini, di sekolah-sekolah dan di ruang publik lainnya,” ungkap AAN, penuh semangat.
Festival Musik Klasik SAPERE AUDE tak hanya menyajikan pertunjukan yang memanjakan telinga, tapi juga menjadi cermin semangat kolaborasi lintas generasi. Dari siswa SMK hingga seniman profesional, dari lokal hingga nasional — semua bersatu dalam satu panggung untuk merayakan seni dan keberanian berekspresi.
Panitia berharap, kegiatan ini bisa terus berlanjut sebagai agenda tahunan, yang bukan hanya memperkaya khasanah seni Kota Bima, tapi juga memperkuat identitas budaya lokal yang penuh warna.
Karena di balik setiap nada yang dimainkan, ada mimpi yang dikejar. Dan lewat festival seperti ini, mimpi-mimpi itu menemukan panggungnya. (TN – 04)
COMMENTS