HomeKota BimaPendidikan

Bangun Pondasi Emas Olahraga, Pora Gelar Implementasi DBON Bagi Guru PJOK

Guru PJOK se Kota Bima gelar pose bersama usai acara dimaksud.

KOTA BIMA, TUPA NEWS.– Masa depan olahraga Kota Bima mulai dirajut lebih kuat. Bidang Pemuda dan Olahraga (Pora) Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) Kota Bima baru saja menggelar workshop penting tentang Implementasi Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) di SD dan SMP. Acara yang berlangsung pada Rabu, 25 Juni 2025, di Gedung Seni Budaya (GSB) Dikpora Kota Bima ini mengumpulkan ratusan guru olahraga SD dan SMP se-Kota Bima, menandai komitmen bersama untuk merevitalisasi ekosistem olahraga lokal.

Workshop ini menghadirkan narasumber yang sangat kompeten, Dr. Irfan, M.Pd., S.Pd.O., seorang dosen dari Universitas Muhammadiyah Bima. Dengan kualifikasi pendidikan hingga S3 di bidang olahraga serta sertifikasi sebagai pemateri, Dr. Irfan menjelaskan bahwa DBON adalah program besar nasional yang bertujuan mencapai prestasi olahraga setinggi-tingginya. Secara umum, DBON merupakan kebijakan nasional untuk membangun ekosistem olahraga dari hulu ke hilir, sejalan dengan undang-undang yang berlaku.

PJOK : Fondasi Karakter dan Pembibitan Atlet

Dalam paparannya, Dr. Irfan menekankan bahwa PJOK memegang peran fundamental dalam pembentukan karakter serta pembibitan atlet. Tujuan utama dari workshop ini adalah untuk menyelaraskan kurikulum PJOK dengan DBON, meningkatkan kapasitas guru PJOK, membangun ekosistem olahraga yang kondusif di satuan pendidikan, dan menanamkan nilai-nilai kebugaran serta sportivitas sejak dini.

Peran guru PJOK, lanjut Dr. Irfan, sangat krusial. Mereka diharapkan mampu mengidentifikasi bakat siswa, menciptakan lingkungan kompetitif, berkolaborasi dengan orang tua dan klub olahraga, serta menanamkan nilai-nilai sportivitas dan kerja keras. Implementasi di sekolah akan meliputi pengembangan keterampilan olahraga, pembinaan prestasi melalui strategi olahraga prioritas, penilaian bakat, serta kolaborasi aktif dengan klub atau akademi.

Tantangan dan Harapan Olahraga Bima

Materi tambahan juga disampaikan oleh Kepala Bidang Pora, Munawar, M.Pd. Ia menyoroti potensi olahraga masyarakat Bima yang belum banyak diangkat ke kancah nasional. Munawar membandingkan dengan petanque, olahraga asal Prancis yang kini populer dan mendunia, padahal banyak kemiripan dengan olahraga tradisional di Bima yang belum dikenal luas.

Namun, kendala efisiensi sering menghambat pelaksanaan program olahraga yang dicanangkan Dikpora. Bahkan, kegiatan olahraga berjenjang seperti Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) dan Gala Siswa Indonesia (GSI) masih diupayakan kelanjutannya karena minimnya anggaran. Munawar juga menyoroti pentingnya fasilitas olahraga, seperti GSB, yang bisa disewakan untuk menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bima.

Sesi tanya jawab dan tukar pikiran menjadi forum yang hidup. Ikbal Tanjung, S.Pd., guru SDN 21 Kota Bima, menyampaikan bahwa NTB memiliki tiga olahraga prioritas: bulu tangkis, atletik, dan pencak silat. Ia mengusulkan agar Kota Bima juga merancang prioritas olahraga lokal yang dimuat dalam Desain Besar Olahraga Daerah (DBOD), sebagai kelanjutan dari DBON. “Bagaimanapun susahnya, harus ada kompetisi terutama olahraga prioritas daerah. Fasilitas harus mendukung, kompetisi harus kontinyu. Penting menggandeng sponsor,” tegas Ikbal, sembari mengapresiasi pembangunan gedung olahraga bulu tangkis taraf nasional di Kecamatan Rasanae Barat.

Sahrudin, guru SDN 65 Jatibaru, meskipun mengakui keterbatasan fasilitas, menyatakan semangat guru tetap tinggi. Ia mencontohkan banyaknya lomba yang diadakan tanpa melibatkan Dikpora, dan sangat setuju dengan Ikbal agar Dikpora mengambil peran lebih besar dalam menyelenggarakan kompetisi.

Sebuah pertanyaan kritis datang dari Ibu Aisah, guru SDN 26 Rabadompu. Ia menanyakan mengapa prestasi olahraga nasional dari Bima kini menurun, padahal fasilitas saat ini lebih baik dibandingkan dulu. “Dulu lomba teratur dari gugus, kecamatan, hingga Kota Bima, tapi kenapa sekarang tidak? Dinas harus lebih berperan!” keluhnya.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Dr. Irfan menjelaskan bahwa DBON juga diarahkan ke industri olahraga. Dengan demikian, Ia optimis bahwa kendala anggaran akan terjawab karena banyak investor akan melirik potensi ini. Untuk efektivitas, Dr. Irfan menyarankan agar DBOD segera dibentuk dan ditunjuk koordinatornya.

Bahnan, M.Pd., seorang pengawas olahraga, menyarankan agar MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) lebih proaktif mengadakan lomba, tidak hanya menunggu Dikpora. Ia juga mendorong IGORNAS (Ikatan Guru Olahraga Nasional) untuk aktif menyelenggarakan kegiatan, kemudian mengajak dinas untuk memberikan dana atau bersama-sama mencari dana.

Munawar memberikan klarifikasi bahwa kegiatan olahraga tradisional kini ditangani oleh Dinas Pariwisata, berbeda dengan dahulu yang dipegang oleh Dikpora. Ia menambahkan bahwa Dikpora bisa mendukung sebagian dana untuk kegiatan olahraga di luar programnya. Munawar juga mengakui bahwa lomba seperti GSI kurang diminat karena pendaftaran melalui aplikasi yang menyulitkan sebagian sekolah.

Workshop ini menghasilkan kesepakatan informal, namun penuh semangat, untuk lebih memperbanyak kompetisi dan usulan pembentukan DBOD. Semangat para guru olahraga dan keinginan kuat mereka untuk berkompetisi menjadi rekomendasi tak tertulis yang mengukuhkan harapan bagi kebangkitan prestasi olahraga Kota Bima. (TN – 03)

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: