HomeBimaArtikel

Festival Musik Akustik Sapede Aude: Ruang Ekspresi Baru Bagi Musisi Lokal, Dari Bima Untuk Kita Semua

Bang Uda Gedys Bima (Suaedy, S. Pd – Pengawas Pendidikan Kota Bima).

KOTA BIMA, TUPA NEWS.– Suasana penuh kebersamaan begitu terasa dalam pelaksanaan Festival Musik Akustik Sapede Aude, yang digelar di halaman gerai SMK Negeri 3 Kota Bima. Festival ini bukan sekadar panggung hiburan, namun merupakan bentuk nyata kepedulian terhadap perkembangan seni dan budaya lokal, khususnya musik, di tengah minimnya ruang ekspresi bagi para musisi muda di Bima.

Festival ini digagas oleh Bang Ismed, seorang pengusaha muda asal Bima yang juga pemilik Sapede Aude—sebuah komunitas kreatif yang lahir dari semangat kolektif untuk menghadirkan ruang alternatif bagi seniman lokal. Didukung penuh oleh Bung Aan Sapoetra, pemilik label musik BMC Record, festival ini menjadi simbol kolaborasi antara pelaku industri kreatif dan komunitas seni, yang bertujuan membangkitkan kembali eksistensi musik berbahasa dan bernuansa Bima.

Diikuti oleh banyak penampil dari latar belakang yang beragam—pelajar, mahasiswa, seniman independen, bahkan guru seni—semuanya hadir dalam format akustik yang sederhana namun penuh kekuatan naratif. Penonton dari berbagai kalangan, mulai dari anak muda hingga orang tua, menyatu dalam suasana intim yang jarang ditemui dalam pertunjukan musik modern.

Menurut Bang Uda Gedys Bima, pemerhati seni sekaligus Pengawas Pendidikan yang selama ini aktif mendorong lahirnya ruang-ruang budaya di Kota Bima, festival ini menjadi momen penting dalam sejarah perkembangan musik lokal. “Festival ini bukan sekadar ajang tampil, tapi lebih dari itu, ini adalah ruang ekspresi yang mendalam. Sapede Aude berhasil membuka panggung yang jujur, tempat di mana musik bisa bicara tanpa harus tunduk pada komersialisasi,” ujar Bang Uda Gedys dengan penuh semangat.

Lebih jauh, ia menilai bahwa pilihan akustik sebagai format utama adalah langkah berani dan tepat. Musik akustik, katanya, mampu merangkul sisi emosional yang dalam, menghadirkan kedekatan antara penampil dan pendengar. “Di tengah dominasi musik digital yang terkadang kehilangan rasa, akustik seperti napas segar. Ada kejujuran dalam petikan gitar, dalam lirik-lirik yang lirih, dan dalam interaksi langsung yang tak bisa dipalsukan. Ini adalah bentuk seni yang sangat manusiawi dan sangat Bimanis,” tambahnya.

Festival ini tidak hanya menyuguhkan penampilan musik, tetapi juga menyediakan ruang diskusi, kolaborasi spontan antar musisi, serta sesi open mic yang menjadi titik temu berbagai bakat baru. Tak hanya itu, sebagian musisi membawakan lagu-lagu daerah dengan aransemen akustik modern—sebuah upaya pelestarian budaya lokal yang patut diapresiasi.

Banyak penonton mengaku terkesan dengan suasana akrab dan kualitas penampilan yang ditampilkan. Tidak sedikit pula yang berharap festival ini menjadi agenda rutin tahunan, agar terus mendorong regenerasi musisi dan memperkuat identitas seni Kota Bima. “Semoga ini bukan yang terakhir. Kita butuh lebih banyak ruang seperti ini, karena dari musik yang jujur, kita bisa merawat budaya, menyatukan generasi, dan membangun identitas,” tutup Bang Uda Gedys.

Sebagai penggagas, Bang Ismed menyampaikan komitmennya untuk terus mendorong keberlanjutan Sapede Aude, sebagai ruang pertumbuhan seniman muda Bima. Ia berharap festival ini menjadi inspirasi bagi komunitas lain untuk percaya bahwa Bima memiliki potensi besar dalam dunia seni. “Bima punya banyak talenta. Yang dibutuhkan hanya ruang, kepercayaan, dan dukungan. Sapede Aude hadir untuk itu. Dan ini baru permulaan,” ujar Bang Ismed.

Dukungan dari BMC Record juga menjadi penanda bahwa musik lokal Bima layak untuk masuk ke ranah industri yang lebih luas, tanpa harus kehilangan akar budaya dan kejujurannya.

Festival Musik Akustik Sapede Aude telah membuktikan bahwa kreativitas bisa tumbuh meski di tengah keterbatasan. Dari halaman sekolah di Bima, suara-suara jujur para musisi muda kini bergema, bukan hanya untuk didengar, tapi juga untuk dikenang sebagai bagian dari kebangkitan seni lokal yang autentik dan membumi. (TN – 04)

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: