Artikel :
Oleh : Arif Wahidin, S. Pd
” Tentang “
Kasus Perselingkuhan Menimpah Tenaga Pendidik, Jangan Main-Main dan Anggap Enteng
Menjamurnya kasus asusila yaitu perselingkuhan yang terjadi di kalangan Tenaga Pendidik di Kota Bima akhir-akhir ini telah meresahkan dan meluluhlantahkan sikap dan rasa respek serta kewarasan masyarakat terhadap sosok yang seharusnya menjadi panutan untuk digugu dan ditiru terutama oleh peserta didik. Oleh karena itu, beragam respon dan pandangan mencuat sebagaimana hasil wawancara kami terhadap salah seorang tenaga pendidik yaitu Arif Wahidin, S. Pd.
Dengan senyuman yang khas dan keramahtamahannya dengan menyikapi kasus perselingkuhan di dunia pendidikan dimana pemeran utamanya adalah Tenaga Pendidik. Arif Wahidin yang juga mantan Kepala Sekolah (Kepsek) SMP Negeri 6 Kota Bima menjadi kaget dan tak percaya hingga secara refleks bibirnya melafadzhkan kalimat istighfar, Naudzubillah mindzalikh. “ini adalah sebuah bencana dan kerugian besar yang seharusnya tidak boleh ada dan terjadi di dunia pendidikan lebih-lebih di saat bangsa tengah berjuang dalam membebaskan dirinya dari Pandemi Covid-19 dan indeks profesionalitas ASN Kota Bima yang berpredikat terendah seluruh Indonesia sebagaimana hasil release BAKN Tahun 2020.
“Jangan main main dan menganggap enteng dengan kasus perselingkuhan ya” oleh oknum Tenaga pendidik ini sebab impact dan konsekuensinya begitu besar yaitu munculnya stigmatisasi dan stereotype negatif yang akan dilekatkan pada profesi yang mulia ini, rincinya dengan lugas. Dus, Arif Wahidin yang juga mantan staff International Organization For Migration (IOM) yaitu sebuah organisasi dunia yang menangani pengungsi dan bermitra dengan UNHCR menguraikan bahwa tugas utama Tenaga Pendidik tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik.
Mendidik yang dimaksudkan disini adalah menanamkan dan menginternalisasikan nilai-nilai agama, moralitas, sosial, hukum, dan lain-lainnya yang mana muara akhirnya adalah terbentuknya warga sekolah yang memiliki sikap dan akhlakul qorimah yang beriman dan bertaqwa yang mana dinuel Islam sebagai pondasi dasar dan way of life,” jelasnya dengan pengucapan istilah asing yang begitu fasih.
Lebih lanjut Arif yang juga dikenal sebagai Ketua Asosiasi Pecinta Bima ini memaparkan bahwa, semua telah terjadi dan adalah kewajiban kita semua untuk membenahinya. Oleh karena itu, kolektivitas dan sinergitas lintas lini yang terpadu dan kontinuitas mutlak diperlukan. Oleh karena itu, Kepada penentu dan pembuat kebijakan agar kiranya dapat sesegera mungkin merespon dan menyingkapi persoalan yang menghebohkan ini sesuai dengan aturan yang berlaku dan tentunya tetap mengedepankan Assumption of innocent, asas praduga tak bersalah. Dan, Kepada pelaku dan calon pelaku baik yang sudah terungkap maupun yang belum terexposed agar segera sadar dan bertobat, rajutlah kembali keharmonisan dengan keluargamu meskipun itu bukanlah sesuatu yang mudah dan yakinilah bahwa tidak ada kata terlambat untuk kembali kedalam pangkuan ilahi tambahnya dengan raut wajah yang begitu teduh.
Seiring dengan lantunan adzan, Arif tak lupa berpesan dan menghimbau agar semua pihak tetap berpartisipasi aktif dengan kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki guna mewujudkan generasi muda Kota Bima yang kamil dan qurratta a’yun dan berbasis islami,” pintanya sambil menggandeng wartawan Tupa News menuju Mesjid terdekat, yang kebetulan saat itu adzan Dhuhur dikumandangkan. (**)
Penulis :
Guru Bahasa Inggiris
SMP Negeri 12 Kota Bima (Lelamase)
COMMENTS