HomeKota BimaFigur

Sekilas Keberadaan Lembaga Pendidikan Kusuma Bangsa

Retno Pendiri Kusuma Bangsa
Pendiri Lembaga Pendidikan Kusuma Bangsa Kota Bima Retno Utami

Kota Bima, Tupa News.- Ada sebuah lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)/Taman Kanak-Kanak (TK) Swasta bernama Kusuma Bangsa yang terletak di Jl. Datukdibanta No. 6 Lingkungan Suntu Kelurahan Paruga Kecamatan Rasanae Barat Kota Bima. Lembaga pendidikan yang didirikan sejak Tahun 2014 silam, rupanya tidak memiliki bangunan sekolah sendiri secara permanen dengan berbagai sumbangsihnya yang sudah diberikan untuk Kota Bima sejak terjun dalam Dunia Pendidikan, akan tetapi masih numpang bangunan milik orang lain dengan cara sistem bangunan disewakan senilai Rp. 20 Juta per tahun. 
 

Tentu saja nilai Rp. 20 juta tersebut cukup fantastik yang harus dikeluarkan oleh sebuah Lembaga Pendidikan Usia Dini di Kota Bima ini. Lembaga Kusuma Bangsa adalah sekolah umum yang mengedepankan pendidikan karakter anak Bangsa dengan pendekatan pendidikan kebangsaan, saat ini memiliki peserta didik anak usia dini sebanyak 48 orang (Terbagi di 3 Rombel), yang terdiri dari Kelompok Mangga, Kelompok Jeruk dan Kelompok Semangka, dengan berbagai warna mulai keyakinan, latar belakang budaya dan sosial yang berbeda.

Lembaga Kusuma Bangsa tidak mengenal istilah kenaikan kelas, karena peserta didik memiliki kecerdasan yang berbeda-beda dan yang semakin uniknya lagi lembaga ini memilki 21 orang peserta didik yang merupakan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang ditangani baik secara tatap muka maupun home schooling.

Retno Utami selaku Kepala Sekolah Kusuma Bangsa merupakan mantan guru Pendidikan Agama Kristen sekaligus guru agama kristen pertama di sekolah negeri yang mendapatkan SK dari Kemenang Propinsi NTB yang di tempatkan di SDN 2 Suntu Kota Bima Tahun 2004. Saat itu, SDN 02 Kota Bima dipimpin oleh , Jamaluddin, S. Pd selaku Kepseknya, yang sekarang menjabat sebagai anggota Dewan Pendidikan Kota Bima.


Pada wartawan Tupa News Retno Utami yang biasa disapa Mami ini mengatakan, awal dirinya mencintai dunia pendidikan di Kota Bima setelah menjadi guru Agama Kristen di SDN 2 Suntu, pada waktu itu Kepsek Jamaluddin sempat menyampaikan pada dirinya. “Kamu (Retno, red) banyak memiliki keterampilan, selain sebagai guru mapel agama kristen dan guru Bimbingan Konseling (BK), bahkan juga mengelola Perpustakaan Sekolah dan UKS,” kata Kepsek Jamaluddin yang dikutip Mami Retno pada wartawan ini.

Lanjut Mami, walaupun dirinya tidak lagi mengajar di SDN 2 Suntu namun hubungan kekeluargaan dengan dewan guru disekolah setempat dengan dirinya sangat harmonis hingga sekarang. Berjalannya waktu Retno Utami terinspirasi untuk membuat sebuah lembaga pendidikan yang lebih baik dan bermartabat, sehingga pada Tahun 2014 dirinya merintis sekolah PAUD dan TK bernama Kusuma Bangsa ini, namun sebelumnya Retno pernah menjadi Kepala Sekolah TADIKA PURI yang hadir di Kota Bima pada Tahun 2006 lalu.


Ketika ditanya wartawan, bagaimana potret pendidikan di Kota Bima..?. Retno menjawab, selama terjun dalam dunia pendidikan dirinya melihat pendidikan khususnya di Kota Bima masih “Carut Marut”. Pasalnya, dihampir seluruh sekolah masih nampak terdengar bahasa daerah dalam keseharian yang berlaku disekolah, seperti bahasa-bahasa kasar yang dinilainya tidak layak diucapkan sebagai seorang pendidik dan kesannya mengolok-olok. Tentunya hal ini dapat menjadi sejarah buruk bagi dunia pendidikan di Kota Bima untuk masa-masa akan datang.

“Apa susahnya bilang pada siswa, hai sayang, hai pintar, hai manis, hai cakep. Ingat sebuah perkataan itu adalah sebuah doa dan kenapa kata-kata yang indah dan nyaman ditelinga susah dilontarkan oleh tenaga pendidik pada peserta didik,” kesannya.

Selain itu juga lanjut Mami Retno, jika peserta didik bisa bersuara ada sebuah ungkapan kekecewaan yang mereka dapati karena disaat jam belajar berlangsung tidak jarang kita temui para tenaga pendidik yang seharusnya memberikan contoh tauladan yang baik namun disibukan dengan kegiatan lain saat proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung. Hal paling sederhana adalah : misalnya, ada pedagang kaki lima yang masuk ke lingkungan sekolah dengan menjual sejenis sayur mayur dan ikan laut pauk, eh..!! ternyata guru tersebut meninggalkan tugasnya sebagai pengajar dan malah sibuk memilih macam-macam jualan tersebut, dengan sebuah cerita seolah tidak ada akhirnya, cetus Retno.


“Namun kita perlu berbangga di kota Bima ini masih ditemui sosok tenaga pendidik yang fokus untuk mendidik peserta didiknya sehingga ketika sedang bertugas sebagai guru melakukannya secara totalitas pengabdian dan mengesampingkan kepentingan lainnya, karena pekerjaan guru lebih mulia ketimbang profesi lainnya,” kata Mami Retno.

Retno, wanita kelahiran Surabaya Jawa Timur pada tanggal 25 Februari 1965 dan di besarkan di Jakarta ini memiliki kebiasaan aneh. Pasalnya, seorang ibu dari lima anak ini tidak suka memakai rok panjang layaknya seperti ibu-ibu lainnya, namun seorang Retno malah dalam kesehariannya terbiasa memakai celana panjang. Namun hal itu tidak menjadi penghalang bagi seorang Retno Utami yang merupakan alumni S-1 Ekonomi Akuntasi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, LPGTK (Lembaga Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak) Tadika Puri, alumni S-1 Pendidikan BK STKIP Bima dan S-2 Pendidikan BK di Universitas Negeri Makassar yang sama-sama ditempuh dengan masa pendidikan hanya 2 Tahun untuk memberikan sumbangsihnya di dunia pendidikan yang terbaik bagi Kota Bima ini.


Retno yang tidak pernah bangga dengan gelar pendidikan yang dimilikinya, namun bangga dapat memberikan yang terbaik dengan segala keterbatasannya bagi pendidikan di Kota Bima. Pimpinan satuan pendidikan Kusuma Bangsa ini, merupakan istri Almarhum Suparwito pemilik Foto Copy La Rangga yang terletak di Kelurahan Sadia Kecamatan Mpunda Kota Bima dan satu-satunya yang pertama merintis sekolah yang mengurus Anak Berkebutuhan Khusus di Kota Bima.

ABK dimaksud, seperti SYNDROM/ADHD/Autis dan hiperaktif serta anak-anak sulit diatur. “Saya mendirikan lembaga ini karena sangat mencintai dunia anak-anak yang unik dan saya belajar Ikhlas secara total untuk memajukan dunia pendidikan di Kota Bima ini, dan sangat meyakini bahwa Tuhan senantiasa membuka jalan untuk melanjutkan pembangunan sekolah ini,” bebernya.


Retno juga menyampaikan rasa bersyukurnya, bahwa selama suaminya masih hidup sangat mendukung semua impiannya secara total, bahkan Retno pun mengatakan bahwa dalam kondisi seperti ini masih mampu membayar sewa gedung Rp. 20 Juta per tahun dan tetap memberikan tanggung jawabnya mambayar honor bagi tenaga pendidiknya dan tidak pernah telat. Jika diukur secara finansial ini tidak sebanding dengan nilai Bantuan Operasional Sekolah (BOP) yang dibayarkan oleh Negara lewat daerah ini dan lembaga inipun dalam setiap minggunya memberikan makan sehat bagi peserta didiknya 3 x selama seminggu yaitu Senin, Rabu dan Jumat dengan jadwal menu yang berbeda, dalam pelaksanaan pembelajaran ruangan kelas seluruhnya memiliki Full AC (Pendingin).

Menurut Retno, lewat pendidikan yang berkualitas maka akan memberikan perubahan bagi sebuah daerah maupun sebuah bangsa, jadi saya mendirikan sekolah ini bermodalkan nekat dan keikhlasan saja serta tanpa bantuan dari orang lain, kecuali BOP,” pungkasnya.

Retno Utami memiliki sebuah mimpi bahwa suatu saat nanti akan mendirikan Sekolah Satu Atap (Satap) yaitu PAUD/TK dan SD di tanah milik Lembaga Kusuma Bangsa sendiri, dengan model bangunan rumah panggung sekaligus menampilkan ciri khas daerah Bima dan kolaborasi dengan model bangunan permanen. Sesuai filosofinya, yang senantiasa ditanamkan oleh ayahnya adalah “Perjuangan Akan Kuteruskan Hingga Akhir Jaman”, tutur Retno yang meruapakan anak dari salah satu perjuang Kemerdekaan RI.


Mami yang unik dan sangat langka ini sering memiliki banyak “istilah” keren yang biasa dilontarkan dalam keseharian dan kesederhanaannya, tidak ada seorang pun yang pernah menyangka dibalik berbagai aktivitas dan senyumnya. Ternyata sejak Tahun 2015 divonis secara medis mengidap penyakit Kanker Payudara dengan harus menjalani operasi dan Kemoterapi sebanyak 16 kali dan harus kembali menjalani operasi yang kedua di Tahun 2019 pada bulan yang sama setelah tiga bulan kepergian suaminya dan dilanjutkan dengan melaksanakan Radioterapi sebanyak 30 kali.

Saat ini Retno dipercayakan sebagai seorang motivator bagi pasien yang mengalami penyakit yang sama di NTB ini. Ketika mengalami kanker dan harus kehilangan mahkota (rambut) maka akan terlihat bahwa, “Wanita botak itu cantik dan seksi”, karena berbagai penyakit yang Tuhan ijin-kan harus dihadapi bukan diratapi (dikasihani), tutup Retno sembari menambahkan untuk membiasakan diri untuk menanamkan filosofi TOMAT dalam keseharian kita beraktifas (Tolong Maaf dan Terima Kasih) yang dimulai dari diri kita sendiri. (TN – 01)

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: