HomePendidikan

Upacara HGN di SDN 47 Kodo Berlangsung Sederhana

Perayaan HUT PGRI
Hj. Eny ketika menjadi pembina upacara, Kamis (24/11/202
Spanduk
 
KOTA BIMA, TUPA NEWS.- Kamis (25/11/2021) merupakan Hari Guru Nasional (HGN) dan HUT PGRI, sehingga seluruh Satuan Pendidikan secara serentak melaksanakan upacara bendera sebagai tanda untuk menggenang jasa para haplawan tanpa tanda jasa, yakni hari guru. Seperti halnya, upacara bendera yang digelar SDN 47 Kodo Kota Bima, berlangsung sangat sederhana. 


Seperti dalam amanat pembina upacara, yang disampaikan oleh Kepala SDN 47 Kodo Hj. Eny, M. Pd mengatakan, PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Semangat kebangsaan Indonesia telah lama tumbuh di kalangan guru-guru bangsa Indonesia. Organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri Tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).


Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah. Dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-bedamereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua. Disamping PGHB berkembang pula organisasi guru bercorak keagamaan, kebangsaan, dan yang lainnya. Pada Tahun 1932, dengan penuh kesadaran, 32 organisasi guru yang berbeda-beda latar belakang, paham, dan golongan bersepakat bersatu mengubah nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). 


Perubahan nama ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena penggunaan kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya, kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia. Perjuangan PGI bukan lagi sekadar nasib guru, melainkan memuncak pada kesadaran dan cita-cita kemerdekaan. Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, dan Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.

Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24 – 25 November 1945 di Surakarta. Melalaui kongres ini, segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama, dan suku, sepakat dihapuskan. Mereka adalah – guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk, kata Hj. Eny  sembari menambahkan semoga guru jaya selalu. (TN – 01)

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: